“Senja sore
ini bagus ya” aku berkata sambil memakan ice cream cokelat disampingnya. Dia
tak menjawab, masih berkonsentrasi dengan sebatang rokoknya yang entah
keberapa, tak bisa dihitung.
“Masih
tetep habis 2 pack rokok 1 hari kah?” dan untuk kesekian kalinya ucapanku tak
dihiraukan. Dia masih tetap sama, selalu diam ketika melihat pantai.
Menghabiskan 5 rokok dengan melihat deburan ombak. Ketika sulutan rokok
terakhir habis, barulah dia akan mengajakku berbicara. Kebiasaan lamanya yang
tak akan pernah ku lupakan. Dan akhirnya aku pun hanya bisa diam menunggunya.
“Kamu masih
tetap cerewet ya, nggak ada yang berubah dari kamu. Senyumanmu. Caramu tertawa.”
Dia berkata secara tiba-tiba. Dan itu membuatku kaget. Sangat kaget tentunya.
“Hahaha.
Aku ya aku. Beginilah aku. Sejak dulu tak akan berubah.” Aku berkata sambil
menatap hamparan pantai yang indah. Matahari mulai terbenam, dan tiba-tiba
Aufaa menggenggam tanganku, menatap tajam mataku, dan mengingatkan kenangan
indah itu dulu.
#----#
5 Tahun yang Lalu.
“Kayla, mataharinya sudah mau terbenam itu. Waaaaa. Bagus
yaaa” Aufaa melihat ke arah matahari yang mulai menenggelamkan sinarnya. Ini
untuk pertama kalinya aku mengajak Aufaa pergi jalan-jalan ke tengah sawah. Dan
ini juga untuk pertama kalinya dia ku ajak melihat sunset. Aku hanya ingin
melihat dia tersenyum , tentunya setelah 10 hari yang lalu dia di tinggal pergi
untuk selamanya oleh Ibunya.
“Iya bagus dong faa. Mau aku fotoin?” Aku menawarkannya.
“Mau mau mau” Aufaa melompat dan segera mengambil posisi berdiri
di tengah sawah. Aku bersiap mengambil kamera dan mengarahkan kepadanya. Dan
aku menjadi kaget ketika tak sengaja melihat dia menitikkan air mata yang belum
ku lihat selama ini. Aku pun berjalan menghampirinya.
“Kamu kenapa faa?” Aku bertanya pelan.
“Oh nggak apa kok Kay, ayo katanya mau foto” Dia berusaha
tegar. Dan aku tau itu, karena aku percaya dia sanggup tegar menjalani ini
semua.
Setelah prosesi foto-foto usai, aku masih tetap duduk di
gubug sawah itu. 6 tahun sudah aku mengenal Aufaa. Jujur, aku jatuh cinta pada
Aufaa. Tapi tak pernah ku ungkapkan apa dan bagaimana perasaanku. Aku hanya tak
ingin persahabatanku dan dia menjadi rusak.
“Aufaa, kamu mau melanjutkan kuliah dimana?”
“Masih nggak tau Kay, aku ikutin aja apa kata Ayah. Kamu
gimana Kay? Jadi ambil yang dimana?’
“Aku udah keterima di Perguruan Tinggi Negeri yang ada di
Jogja itu, aku ambil jurusan Film & Fotografi. Dan rencanya aku mau
berangkat nanti malam ke sana buat registrasi dan sekalian pindah. Maaf ya aku
baru bilang ke kamu. Soalnya aku takut buat ninggalin kamu.”
“Setelah ibu yang pergi, sekarang kamu pergi juga ya.”
Dia berkata pelan.
“Aku pergi juga buat kuliah faa, buat sementara. Aku juga
bakal tetep ada buat kamu, kita kan bersahabat faa. Ini aku punya hadiah buat
kamu.” Aku mengelurakan hadiah untuk Aufaa dari dalam tasku, memberikannya pada
Aufaa.
“Aku pulang dulu faa. Aku sudah janji sama Bunda untuk tak
lama-lama diluar rumah. Baik-baik faa” Aku memegang wajah Aufaa, membalikkan
badan dan pergi.
Aufaa tak mengejarku. Sikapku begini saja sebenarnya juga
membuatku terluka. Ah, andai saja persahabatanku dengannya tak kuselipi dengan
cinta. Mungkin tak akan begini jadinya.
Sejak kejadian itu, Aufaa tak pernah lagi menghubungiku.
Nomer handphonenya tak lagi aktif, sudah ganti mungkin. Bahkan akun facebook
dan twitter tak lagi aktif. Dan alamat rumahnya di Malang sudah berganti
penghuni. Aku tak tau dia dimana, dan sedang apa. Tapi yang aku tau, aku masih
memendam rasa padanya. Pada Aufaa.
Pernah suatu hari ada telepon masuk dari nomer yang
disembunyikan. Dan aku tau bahwa itu suara Aufaa, dia berkata “Tunggu aka ya
Kayla. Kalau sudah sukses dan besar nanti, aku akan datang menemuimu. Ku penuhi
janjiku untuk mengajakmu berlibur ke Pulau Lombok. Tunggu aku” Hanya berkata
begitu dan telepon pun mati.
Dan karena itulah aku percaya, bahwa Aufaa akan kembali
padaku.
#---#
Aufaa masih menggenggam tanganku dan menatap mataku,
“Kayla, kenapa kamu nggak pernah bilang kalo kamu punya
perasaan itu sama aku? Kenapa kamu seneng ninggalin aku selama 5 tahun ini?
Kamu bikin aku menyesal selama ini, kenapa aku nggak pernah bilang kalo aku
juga suka kamu. 5 tahun lalu, kadomu, itu yang bikin aku menyesal kenapa aku
nggak pernah berani buat ungkapin semuanya.”
“Aufaa, maaf aku ..”
“Nggak perlu ada yang di maafkan. Aku sayang kamu Kayla.
I love you. Will you marry me?”
Aku sedikit tercengang, dan tanpa sadar aku mengangguk
pelan. Aufaa membuat perubahan cepat di hidupku. Deburan ombak, matahari terbenam
yang sama, angin yang sama, dan cinta yang masih tetap sama walau sudah 11
tahun berlalu sejak awal aku mengenal Aufaa. Aku bersandar pada bahu Aufaa.
Ketenangan yang selama ini ku hilangkan sendiri kini kembali ku dapatkan.
Aku mencintaimu dengan
perasaan yang sama.
Ntah untuk awal kali,
pertengahan, sampai kita berpisah nanti.
Dibawah langit senja
kita bersama.
Dihadapan pantai ini
kita mengikat janji.
Di atas pasir ini kita
terduduk berdua.
Tak berubah, sejak
dulu dan sampai kapanpun.