Tuhan memberikan suatu takdir untuk di jalani.
Bukan untuk di sesali apalagi diratapi.
Takdir
apa yang membuat saya dan Hans menjadi duduk bersama di tengah gubuk
kecil di hamparan sawah yang luas ini . Ini bukan perihal mimpi. Ini
sekedar kebetulan saat sama-sama sendiri, kemudian jari-jari saya
mengetik pesan untuk Hans. Dan waktu terasa membeku sampai akhirnya saya
dan Hans sedang berdua sekarang menikmati tiupan angin yang mengobrak
abrik lembut rambut Hans dan rambut saya.
Sambil menghabiskan putung rokoknya, dia mulai bercerita tentang
kegalauanya dengan Bunga. Dia putus dengan Bunga. Wanita yang ternyata
menduakan 1 hatinya untuk 2 lelaki. Untuk Hans dan Rayyan si lelaki kaya
raya yang sebelumnya menjadi kekasih Bunga. Hans mengetahui fakta pahit
ini setelah dia mencari tau terlalu jauh seperti apa Bunga. Saya yang
tau itu sejak dulu, hanya diam dan membungkam semuanya sendiri.
Pura-pura tidak tau dan membiarkan Hans bercerita dengan nada sedikit
emosi sambil menatap hamparan padi yang sedang menari termainkan angin.
“Berhentiberbicara tentang Bunga. Kita cari bahasan lain saja ya.” Hans
mematikanrokoknya dan berhenti menceritakan tentang Bunga. Dan
pergantian topik Bungamenjadi cerita lucu membuat saya tau bahwa suara
tawa Hans begitu renyah danunik. Tawa dengan potongan napas yang
terdengar begitu indah menurut saya. Sayamemandang Hans yang sedang
membetulkan rambutnya yang terkena angin. Begitudalam saya menatap, saya
merasa Bunga terlalu bodoh menduakan Hans seperti itu.
Matahari sore mulai turun meminta berganti dengan bulan, saya dan Hans
memutuskan mengakhiri sore itu dan berjalan menyusuri pematang sawah.
Saya di belakang Hans bepegangan erat baju Hans , takut karna sebelumnya
ada seekor ular yang mengintai kita di bawah gubuk tadi. Dengan cepat
Hans meraih tangan saya dan kami berjalan sambil menggenggam tangan. Ah,
untung saja Hans berada di depan, saya malu bila Hans tau wajah saya
memerah saat itu.
“Kamu suka
melihat FTV ? Kamu tau? Adegan berjalan di sawah sambil menggenggam
tangan seperti ini sering dilakukan” Hans berucap seperti itu. Dan ya,
gemuruh hati ini mulai berdendang minta di hentikan. Kaki saya mulai
dingin membeku, tetapi tangan saya tetap terasa hangat karna masih
berada dalam genggaman Hans. Saya diam tak berkomentar dan berharap
pematang sawah yang saya lalui ini bertambah panjang 5km .
“Cepat pulang, nanti kamu hilang kalo sering ada di jalan. Terimakasih
untuk sore ini.Kamu berhasil membuat saya lupa dengan Bunga“. Saya
tersenyum mendengar kalimat Hans yang semakin membuat saya bergetar tak
beraturan. Saya mengulurkan tangan tanda berpisah, Hans menerima tangan
saya dan membalik tangannya dengan cepat sampai saya mencium punggung
tangan Hans. Saya kaget, dan Hans hanya tertawa.Tawa riang dengan wajah
yang mempesona.
Saya tutup hari itu
dengan menyetir sepeda perlahan, menikmati desiran darah penuh dengan
asmara yang membuat saya tak sadar bahwa saat lampu merah saya tersenyum
sendiri. Dan menjadi malu saat tau bahwa di samping saya telah ada Hans
yang melihat saya dan berucap “Senyum senyum sendiri ya”. Dan lampu
merah ternyata menyala sangat cepat. Saya melaju ke kiri berputar tak
ingin pulang, dan Hans pergi ke kanan ntah kemana saya tak tau.
Bunga,maaf jika saya benar-benar jatuh cinta pada Hans.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar