Selasa, 04 Oktober 2016

Mahasiswi Akhir yang Akhirnya Berlibur (Part Akhir dari Jogja - Di Jajah Belanda sampai ke Papuma)

Hal terpenting dari sebuah perjalanan adalah dapat kembali ke rumah dengan keadaan baik. Kamis 28 Juli 2016, genap sudah 6 hari saya di Jogja dan harus segera kembali ke Jember. Jam masih menunjukkan waktu 08.00 WIB saya sudah ada di stasiun. Setelah check in untuk bisa masuk ke dalam stasiun, saya memilih duduk di kursi tunggu sendirian kemudian membuang waktu dengan bermain handphone. 
Stasiun Lempuyangan
Beberapa saat kemudian kereta datang, berbondong bonding bersama penumpang lain saya segera mencari gerbong, menaikkan carier yang sangat amat berat, kemudian duduk dengan tenang. Sampai kemudian ada seorang bule tengah kebingungan mencari tempat duduk, setelah saya tanyai ternyata dia mendapatkan kursi di depan saya, namun di depan saya di tempati oleh ibu-ibu yang sepertinya tiketnya berpisah kursi dengan anaknya. Setelah saya beri pengertian, akhirnya ibu tersebut berpindah ke tempat aslinya yaitu di sebelah saya.
            Saya rasa bule tersebut merasa tidak nyaman karena kakinya tertekuk. Lantas dia mengajak bicara pada ibu sebelah saya untuk bertukar tempat duduk. Ibu tersebut yang kurang paham bahasa inggris hanya bisa tersenyum, dan saya mengambil alih menjadi penerjemah. Dan kini bule tersebut duduk disebelah saya. Saya diam, dia pun diam. 
dia bingung dengan kakinya yang terlalu panjang
Sekedar basa basi saya menanyakan tentang dirinya. Namanya Evert Jan Hamstra, berasal dari Belanda, penjajah Negara kita dahulu. Saya tak akan membahas sejarah disini. Dia menceritakan perjalanannya selama di Indonesia, dimana dia akan berlibur disini selama 2 bulan. Dia sudah mengunjungi Jakarta, Bogor,  Jepara, Karimunjawa, Semarang, Solo, Jogja, dan tujuan berikutnya adalah Bromo, Ijen, Bali, dan Lombok. Selama di perjalanan kami banyak bertukar cerita, bertukar pengalaman, dan bertukar nomor WhatsApp, hehe. Percaya atau tidak, saya tidak tertidur, dan tidak merasa lapar selama perjalanan, karena ya mungkin ada teman mengobrol.
            
Evert dan Saya
Sebelum Evert turun di stasiun Probolinggo, dia sempat bertanya dimana Kota saya tinggal. Dan berbekal Handbook Indonesia miliknya, saya berhasil menjelaskan dimana kota saya tinggal. Saya pun membekali dia berbagai tips dan nasihat untuk dia menjaga diri selama di Indonesia. Karena ya tau sendiri, rawan sekali bule di tipu di Negara kita ini.

            Surprise !
            Lewat sehari sejak pertemuan saya dengan Evert, Jumat 29 Juli 2016 malam hari dia mengirim pesan melalui WA bertuliskan “Surprise” dengan map lokasi dia berada. Saya terlonjak ketika melihat map yang dia kirim menunjukkan bahwa posisi nya ada di Jember. Saya sedikit terharu, dan lucu dengan keadaan ini.

            Papuma
            Evert menyukai pantai, dan saya mengajaknya untuk menikmati Pantai Papuma. Saya merasa kasihan dengan kakinya yang terlalu panjang, sehingga dia merasa terlalu lelah dengan perjalanan menuju papuma menggunakan sepeda motor. Dia banyak bertanya tentang apa saja yang ditemuinya di jalan, sampai saya kehabisn kata bingung untuk menjelaskan jawabannya. Dia terkagum kagum melihat Papuma yang menurutnya sangat indah.

Nungguin Si Bocah Renang
Dalam hati saya merutuk “Lihat Papuma aja udah gini, apalagi sampai di Bali”. Saya menunggu di tepi pantai ketika dia memutuskan untuk berenang. Ingin sekali rasanya tertawa melihat dia berenang dengan begitu bahagia. Puas berenang, kami berjalan menuju atas bukit. Melihat pemandangan dari atas bukit kembali membuatnya berdecak kagum. Sepertinya dia lelaki yang bertanggung jawab dan menjaga wanita, dengan alasan jalan turun dari bukit adalah jalan terjal, maka dia menggandeng tangan saya. Rasanya seperti Ayah yang menggandeng anak perempuannya. Berikutnya kami hanya menghabiskan waktu duduk di tepi pantai sambil banyak bercerita.
di atas bukit yang tinggi, dan dia juga tinggi

            Good Bye !
            Kami menuju stasiun untuk membeli tiket kereta menuju Banyuwangi, karena tujuan Evert dari Bromo adalah menuju Ijen, bukannya malah mampir di Jember. Selesai membeli tiket, kami kembali bercengkerama di warung kopi dekat stasiun. Dia memesan mie instant goreng yang menurutnya sangat lezat. Di tengah lahapnya dia memakan mie, dia berucap “Aku rasa hari ini berlalu sangat cepat karena sebentar lagi aku harus melanjutkan perjalananku. Tetapi jangan khawatir, aku merasa bahagia bisa bertemu dan berjalan denganmu seharian ini”. Aku hanya mengangguk-angguk sambil tetap focus pada pisang cokelat pesananku. 

Semoga di pertemuan selanjutnya, tinggi kita bisa sama haha
Jam menunjukkan 15.15 WIB. 15 menit lagi kereta yang ditumpangi Evert akan segera berangkat. Saya mengantarkannya sampai di depan tempat Check In. Dia berbalik badan menghadap saya, kemudian melebarkan tangannya, saya memeluknya sebagai tanda perpisahan sesuai dengan adatnya. Dan saya mulai sadar bahwa saya sedang berada di Stasiun Jember di Indonesia, dan saya baru sadar bahwa banyak pasang mata yang memperhatikan. “See you later”, saya berucap sambil melambaikan tangan. Evert memberikan tiket dan KTP nya pada petugas tiket, dan perlahan punggungnya hilang. Saya berbalik, dan sedikit berlinang.

*Tiket masuk ke Papuma untuk WNI adalah Rp.17.500, dan untuk WNA adalah Rp. 35.000. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar