![]() |
awalnya saya tak berani naik ke puncak -photo by Lily |
Saya mempunyai seorang sahabat bernama Lily. Semasa
kuliah S1 di Jember, dia tinggal bersama saya. Dan ketika sudah lulus, dia
memutuskan kembali ke kota asalnya yaitu Lumajang. Kini dia telah bekerja di
Sidoarjo sebagai konsultan bangunan. Keren kan, baru lulus sudah langsung
diterima kerja. Malam itu, dia mengirim pesan, katanya ingin mengantarkan
temannya untuk berkunjung ke Jember. Ingin mencoba ke Bukit SJ88. Akhirnya saya
menawarkan diri untuk ikut, walau saya tau bahwa kelemahan saya adalah berjalan
jauh atau mendaki.
![]() |
di bantu oleh mas mas penjaga bukit -photo by Lily |
![]() |
Ina, Lily, dan Saya |
Akhirnya pada pagi harinya jadilah kami bertiga, saya, Lily,
dan Ina temannya Lily menuju SJ88. Letak SJ88 ada di daerah Jelbuk Jember,
dekat rumah saya. Hanya ditempuh 20 menit dari rumah saya untuk sampai ke
parkiran menuju SJ88. Setelah dari parkiran, kami harus berjalan menaiki bukit
yang terjal menurut ukuran saya sebagai orang yang tak pernah mendaki gunung.
Jalan naiknya curam, dan jarak dari tapak demi tapak begitu tinggi. Sehingga
untuk menaiki harus mengeluarkan energi ekstra. Dasarnya saya saat itu sedang
diet, hanya meminum susu sayuran pagi harinya. Jadilah saya muntah-muntah saat
perjalanan naik. Perut terasa perih, dan kepala menjadi pening. Akhirnya kami
memutuskan berhenti. Lily dan Ina memesan mie goreng di sebuah warung, dan saya
merebahkan diri sambil memulihkan rasa mual.
![]() |
akhirnya sampai di puncak tertinggi -photo by mas mas penjaga |
![]() |
difotoin pas lagi foto sama mas mas penjaga |
![]() |
masih sempet candid pas lagi turun pulang -photo by Lily |
Berjalan sekitar 1 jam lebih akhirnya sampailah kami pada
puncak bayangan, dan saya hampir menyerah untuk yang kedua kalinya. Namun,
bukan sahabat namanya kalau tidak menyemangati, Lily mencoba memberi motivasi
agar saya terus berusaha, dan jadilah dengan segala usaha saya sampai di puncak
bukit SJ88. Puncak ini tersusun atas batu-batu besar yang kalau kita di atas
batu tersebut, maka kita akan dapat melihat kota Jember dari atas. Berkat
bantuan penduduk sekitar yang menjaga di atas bukit, saya berhasil menaiki
Puncak Batu tertinggi.
Rasanya terbayar sudah rasa lelah yang saya rasakan saat
berusaha mencapai puncak. Pemandangannya begitu indah. Di tambah semilir angin
yang rasanya ingin membuat saya tertidur di atas batu. Oh ya, harga tiket untuk
naik kesini cukup murah yaitu hanya Rp.1.000 dan di bayar di pertengahan jalan.
Kalau berkunjung kesini sebaiknya pagi hari sekali atau menjelang sore, agar
bisa melihat sunrise ataupun sunset. Berani coba untuk menaiki bukit terjal?
Datang kesini, tapi jangan lupa sarapan dulu ya :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar