Rabu, 05 Oktober 2016

Jangan Lupa Sarapan Sebelum Mendaki, Biar Nggak Muntah - SJ88 Jelbuk Jember

awalnya saya tak berani naik ke puncak
-photo by Lily
            Saya mempunyai seorang sahabat bernama Lily. Semasa kuliah S1 di Jember, dia tinggal bersama saya. Dan ketika sudah lulus, dia memutuskan kembali ke kota asalnya yaitu Lumajang. Kini dia telah bekerja di Sidoarjo sebagai konsultan bangunan. Keren kan, baru lulus sudah langsung diterima kerja. Malam itu, dia mengirim pesan, katanya ingin mengantarkan temannya untuk berkunjung ke Jember. Ingin mencoba ke Bukit SJ88. Akhirnya saya menawarkan diri untuk ikut, walau saya tau bahwa kelemahan saya adalah berjalan jauh atau mendaki.
di bantu oleh mas mas penjaga bukit
-photo by Lily
Ina, Lily, dan Saya
Akhirnya pada pagi harinya jadilah kami bertiga, saya, Lily, dan Ina temannya Lily menuju SJ88. Letak SJ88 ada di daerah Jelbuk Jember, dekat rumah saya. Hanya ditempuh 20 menit dari rumah saya untuk sampai ke parkiran menuju SJ88. Setelah dari parkiran, kami harus berjalan menaiki bukit yang terjal menurut ukuran saya sebagai orang yang tak pernah mendaki gunung. Jalan naiknya curam, dan jarak dari tapak demi tapak begitu tinggi. Sehingga untuk menaiki harus mengeluarkan energi ekstra. Dasarnya saya saat itu sedang diet, hanya meminum susu sayuran pagi harinya. Jadilah saya muntah-muntah saat perjalanan naik. Perut terasa perih, dan kepala menjadi pening. Akhirnya kami memutuskan berhenti. Lily dan Ina memesan mie goreng di sebuah warung, dan saya merebahkan diri sambil memulihkan rasa mual.


akhirnya sampai di puncak tertinggi
-photo by mas mas penjaga
difotoin pas lagi foto sama mas mas penjaga
masih sempet candid pas lagi turun pulang
-photo by Lily
Berjalan sekitar 1 jam lebih akhirnya sampailah kami pada puncak bayangan, dan saya hampir menyerah untuk yang kedua kalinya. Namun, bukan sahabat namanya kalau tidak menyemangati, Lily mencoba memberi motivasi agar saya terus berusaha, dan jadilah dengan segala usaha saya sampai di puncak bukit SJ88. Puncak ini tersusun atas batu-batu besar yang kalau kita di atas batu tersebut, maka kita akan dapat melihat kota Jember dari atas. Berkat bantuan penduduk sekitar yang menjaga di atas bukit, saya berhasil menaiki Puncak Batu tertinggi.


            Rasanya terbayar sudah rasa lelah yang saya rasakan saat berusaha mencapai puncak. Pemandangannya begitu indah. Di tambah semilir angin yang rasanya ingin membuat saya tertidur di atas batu. Oh ya, harga tiket untuk naik kesini cukup murah yaitu hanya Rp.1.000 dan di bayar di pertengahan jalan. Kalau berkunjung kesini sebaiknya pagi hari sekali atau menjelang sore, agar bisa melihat sunrise ataupun sunset. Berani coba untuk menaiki bukit terjal? Datang kesini, tapi jangan lupa sarapan dulu ya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar