Pura Pakualaman Jogja
Saya mengunjungi Pura Pakualaman
Jogja pada hari Minggu, dan ternyata kunjungan saya adalah sebuah kesalahan karena
Museum yang ada di Pakualaman tutup di setiap hari Minggu.
![]() |
Gapura Pura Pakualaman |
Akhirnya saya
memberanikan untuk meminta ijin untuk sekedar berfoto beberapa tempat disana. Hanya
beberapa menit saya disana sampai akhirnya memutuskan pulang dan mampir untuk
membeli batagor di daerah Kaliurang.
Taman
Pelangi Monjali
Saya
dan Mbak Yo memutuskan untuk menghabiskan malam di Taman Pelangi. Taman Pelangi
terletak di halaman Monjali (Monumen Jogja Kembali). Karena weekend, tiket
masuknya di hargai Rp. 20.000.
![]() |
Taman Pelangi |
Setelah parkir, saya bergegas mengitari
lampion-lampion yang sudah terpajang disana. Menurut saya, Taman Pelangi isinya
hampir sama dengan Taman Lampion di BNS.
![]() |
Ikan Ikan Gendut |
![]() |
Monjali |
Aneka kerangka makhluk hidup di bentuk
menggunakan kain dan didalamnya berisi lampu. Puas mengitari Taman Pelangi,
saya masih mampir membeli makan ikan. Sebelum saya memberi makan ikan di kolam
Monjali yang sangat luas itu, saya sempatkan sejenak berfoto di depan Monumen.
Kami mengakhiri malam dengan makan mie dok dok di warung burjo daerah Condong
Catur.
Candi
Prambanan dan Istana Ratu Boko
Pernah
mendengar mitos bahwa jika ke Candi Prambanan bersama pasangan, maka akan
terkena kutukan yaitu sepulang dari sana akan putus. Saya antara percaya dan
tidak, karena saya mengalaminya saat kelas 2 SMA. Study tour bersama teman-teman
sekolah, dan sepulang dari sana hubungan saya dengan mantan pacar pun berakhir.
Tak hanya saya, sepupu saya yang satu sekolah dengan saya juga mengalami hal
yang sama setelah study tour. Entah mitos atau bukan, yang pasti Senin pagi itu
saya bersama Mbak Yo sudah siap menuju Candi Prambanan. Kami membeli tiket
terusan yang berisi paketan tour menuju Istana Ratu Boko dan Candi Prambanan
seharga Rp.50.000.
![]() |
Gapura Istana Ratu Boko |
Mini bus yang akan membawa kami
menuju Istana Ratu Boko sudah tiba, dan kami melakukan perjalanan sekitar 10
menit untuk sampai di pelataran parkiran Istana Ratu Boko. Selanjutnya kami
harus berjalan kaki menaiki banyak tangga untuk sampai di komplek Istana. Kami
disambut dengan gerbang Istana yang begitu kokoh namun hanya seperti
reruntuhan. Kemudian kami melakukan perjalanan mengunjungi tiap-tiap tempat
yang dimiliki oleh Ratu Boko pada jamannya. Terik matahari mulai terasa
membakar kulit, sepertinya saya sudah kelelahan mengitari Istana ini. Saya jadi
berpikir, Ratu Boko pasti orang yang kaya raya, karena rumahnya besar sekali.
Tidak bisa membayangkan betapa bagus Istananya saat dulu. Saya juga berpikir
bagaimana bersih-bersih rumah jika rumahnya besar sekali.
![]() |
Tempat Mandi Putri |
Setelah dari komplek Istana Ratu
Boko, saya menuju kembali ke komplek Candi Prambanan. Saya memperhatikan bentuk
Candi yang sangat bagus ini. Saya tak pernah berpikir absurd sebelum ini, sampai
akhirnya detik itu saya mempertanyakan bagaimana bisa batu-batu tersebut
melekat satu sama lain, dan bentuknya tak hanya kotak, melainkan ada yang
setengah bulat dan bentuknya sama persis satu dengan lainnya. Subhanallah
sekali, saya tak mampu berpikir menggunakan logika.
![]() |
Candi Prambanan dan Segala Mitosnya |
![]() |
Terimakasih Phytagoras |
Untuk menuju pintu keluar dari Candi
Prambanan kami harus berjalan memutar jauh sekali. Lalu tercetus obrolan nggak
penting antara saya dan Mbak Yo. Daripada memutar jauh, saya memilih melakukan
perjalanan miring dari sudut menuju sudut, layaknya teorema Pyitagoras. Jadi
saran saya saat anda melakukan perjalanan ke Candi Prambanan, jangan lupakan
Phytagoras agar tak kehabisan napas di tengah jalan.
Kota
Gede Jogja
Kota
Gede adalah tempat yang paling saya sukai di bandingkan semua tempat yang saya
kunjungi disini. Bangunan disini seperti membawa kita ke masa lampau. Saya
banyak menghabiskan waktu untuk berfoto di pinggir-pinggir jalan, dimana walau
hanya di depan rumah orang, rumah tersebut memiliki desain yang sempurna bagi
saya. Di kota gede saya sempatkan untuk membeli oleh-oleh di cokelat monggo.
![]() |
Cokelat Monggo |
Favorit saya adalah dark chocolate, rasanya enak karena tidak terlalu manis dan
ada pahit-pahitnya. Tak hanya membeli cokelat, saya mampir ke pasar untuk
membeli jajanan tradisional. Nama jajanannya adalah Jeddah Tempe, isinya
seperti Tetel, dan cara makannya seperti Burger.
![]() |
Di depan rumah orang - Kota Gede |
![]() |
Di samping dapur rumah orang - Kota Gede |
Kita letakkan tempe bacem di
antara 2 tetel, kemudian dimakan bersamaan. Wah rasanya, nyonyoiii enak sekali.
Saya juga menyempatkan untuk berfoto didepan Rumah Pesik. Rumah besar yang
sangat amat besar sekali dengan desain unik dan mencolok, namun sudah tak
berpenghuni.
![]() |
Rumah Pesik Kota Gede |
Desa
Wisata Kasongan
Hari
keempat saya di Jogja, saya sempatkan mengunjungi Desa Wisata Kasongan. Desa
ini letaknya di Bantul Jogjakarta. Kalau anda berminat untuk mencari oleh-oleh
yang bagus, unik, dan murah, tempat ini saya rekomendasikan. Di desa ini banyak
kerajinan gerabah dengan harga murah. Saya mengingat Mak Ri dirumah, akhirnya
saya membelikan 2 Cobek dari gerabah, dan 1 Mangkok dari gerabah.
![]() |
Celengan Ayam dan Celengen Kendi |
Selain itu
saya membelikan celengan kendi untuk teman-teman saya di Jember agar mereka
jadi rajin menabung. Harga dari kerajinan ini cukup murah hanya sekitar Rp.
3.000 – Rp.5.000 untuk celengan dan cobek. Sedangkan 1 paket kendi dan cangkir
hanya di beri harga Rp. 30.000.
Panggung
Krapyak
Saya selalu penasaran dengan
Panggung Krapyak, sampai akhirnya saya bisa berfoto di depannya. Jika di tarik
lurus maka akan terbentuk sebuah garis yang menghubungkan Panggung Krapyak,
Keraton, Tugu, sampai ke Gunung Merapi. Filosofinya adalah garis tersebut
menggambarkan perjalanan manusia.
![]() |
Panggung Krapyak |
Panggung Krapyak ke Kraton menggambarkan
manusia sejak lahi sampai dewasa. Dari Keraton ke Tugu menggambarkan proses
manusia menjalani hidup sampai bertemu dengan penciptanya.
Bale
Raos
Berakhir sudah perjalanan saya
dengan Mbak Yo. Sebagai traveler yang nomaden, saya pun berpindah menjadi
buntut keluarga saya. Keluarga saya tiba dari Malang dan Jakarta. Selasa malam
kami mencoba untuk makan di Bale Raos. Siapa yang tidak tau Bale Raos, tempat makan
di Kraton yang menjual masakan-masakan favorit yang biasa di makan oleh Sultan.
Saya memesan satu porsi bebek siram saus jamur. Mungkin karena saya bukan darah
biru, saya kurang menyukai rasa yang dihidangkan.
![]() |
Bale Raos |
Tempo
Gelato
Hari Rabu adalah hari terakhir saya
bisa berjalan-jalan sebelum esoknya harus kembali ke Jember. Saya, kakak ipar
saya, dan 2 teman kakak ipar saya memutuskan untuk jalan-jalan dan nongkrong
tipis-tipis.
![]() |
Trio Gendut dan Es Krim Gendut |
Kami mengunjungi Tempo Gelato di daerah Prawirotaman, saya memesan
Ice Cream dengan rasa Jambu dan Greentea. Namun nasib na’as tak bisa dihindari,
saat berjalan keluar menuju parkiran Es Krim saya jatuh separuh ke jalan raya.
Malioboro
Ke
Jogja kalau tidak mampir ke Malioboro seperti kurang Sah. Sebagai perempuan
yang suka lapar mata, saya dan kakak ipar saya menghabiskan waktu berjam-jam untuk
berbelanja oleh-oleh di sepanjang jalan Malioboro. Walau sebelumnya saya sudah
berpesan bahwa biar saya yang menawar, dan kakak ipar saya tidak boleh bersuara
karena bisa ketahuan bahwa dia orang luar Jawa. Karena katanya sih kalo pengen
dapet harga murah pas berbelanja di Malioboro harus bisa menawar menggunakan
bahasa jawa. Cuma saran aja untuk yang nggak bisa menawar mending belanja di
dalem toko jadi harga pas. Selalu hati-hati sama tas, dompet dan handphone
waktu berbelanja di keramaian ya.
-bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar